Ads Top

Sekitar Juli tahun 1965, saat menyelam di Tongue of the Ocean di Bahamas, pilot Marvin McCamis dalam kapal selam Alvin diduga mengamati seekor binatang yang hanya dapat digambarkan sebagai "ular laut berleher panjang".

Perwira Angkatan Laut Amerika Kapten Marvin McCamis ditemani oleh Kapten Bill Rainnie saat berada di dalam kapal selam Alvin. Keduanya diutus turun untuk memeriksa deretan pendengaran Artemis.

Mereka berada di daerah yang sangat dalam di Bahama, yang dikenal sebagai Tongue of the Ocean.


Menurut Marvin McCamis, kapal selam itu sudah berada sekitar 1500 meter di bawah air, ketika mereka turun 90 meter lagi, mengikuti kabel yang terbentang di celah ceruk.

Melihat ada pergerakan, McCamis awalnya berpikir bahwa kapal selam sedang melayang di sepanjang kabel, tetapi dia menyadari bahwa itu adalah objek yang bergerak. Sambil mengayunkan kapal selam dalam lengkungan, dia mengamati apa yang dia pikirkan sebagai tiang listrik.

Saat posisi mereka memungkinkan untuk dapat melihat objek lebih baik, mereka menyadari itu adalah binatang yang memiliki tubuh tebal, bersirip, berleher panjang dan memiliki kepala agak seperti ular.

Sebelum kamera kapal selam dapat mencapai sudut yang benar dan aktif, binatang itu dengan cepat naik dan berenang pergi.

Pengamatan ini dimasukkan ke dalam buku catatan mereka, meskipun keduanya tetap ragu untuk berbicara lebih lanjut karena takut akan ditertawakan. Meski ini terdengar seperti penampakan yang menakjubkan, semua yang diduga terlibat dalam penampakan ini semuanya sangat nyata.

Dalam Without a Trace, sebuah koleksi pertemuan aneh di daerah "Segitiga Bermuda", dia menggambarkan pertemuannya, yang secara visual, terdengar seperti pertemuan dengan seekor plesiosaurus.

"... Saya tercengang melihat tubuh tebal dengan sirip, leher panjang, kepala seperti ular dengan dua mata yang menatap tepat ke arah kami. Itu terlihat seperti kadal besar dengan sirip - memiliki dua set sirip. Lalu (makhluk) itu berenang ke atas dengan punggung berbalik sebelum kami dapat memposisikan kamera dengan benar. (Kamera) diatur untuk memotret 15 hingga 25 kaki (4,5 - 7,6 meter) di depan kapal selam dan sesuatu itu sudah keluar dari sudut kamera tetapi masih berada di sekitar."


Rasa terkejut terhadap perjumpaan itu memaksa McCamis untuk kembali ke permukaan, di mana dengan kurangnya bukti untuk penampakannya, dia ditertawakan oleh para perwira lainnya.



Cryptozoologist yang dihormati, Scott Mardis, berkomunikasi dengan McCamis melalui panggilan telepon sekitar tahun 1990an, mengonfirmasi bahwa penampakan telah terjadi. McCamis hanya mengoreksi tanggal penampakan yang ditulis salah oleh Berlitz.

Mardis juga menyebutkan bahwa dia mengirim ilustrasi plesiosaurus kepada McCamis, bangkai Zuiyo-Maru (dekomposisi hiu penjemur yang terlihat seperti plesiosaurus), serta penggambarkan populer dari monster Loch Ness.

McCamis menyatakan bahwa gambar itu tampak mirip dengan makhluk yang pernah dia amati, seekor binatang yang memiliki kemiripan yang dekat dengan plesiosaurus berleher panjang.


McCamis meninggal pada tahun 2004 dan sayangnya tidak diwawancara lebih lanjut.

Peneliti "sea serpent", Dr. Bernard Heuvelmans berpegang teguh pada gagasan bahwa binatang laut yang tidak dikenal berubah menjadi mamalia, dan mengakui bahwa banyak ciri yang dilaporkan memiliki ciri reptil.

Paleontologist, Dr. Darren Naish berpendapat bahwa tidak mungkin bagi plesiosaurus untuk mempertahankan tubuh yang secara konservatif serupa selama hampir 160 juta tahun, untuk tiba-tiba mengambangkan seperti surai berbulu, jambul dorsal, punuk berlemak, dan tonjolan seperti tanduk, yang dilaporkan oleh saksi mata yang diduga melihat 'ular laut' berleher panjang.

Salah satu argumen yang paling sering menentang hipotesis plesiosaurus relik (peninggalan zaman purba) adalah bahwa perairan dingin di wilayah seperti British Columbia dan Eropa utara tidak cocok untuk reptil; sebuah penyataan yang sering diulang namun tidak selalu akurat.

Studi terbaru tentang fisiologi reptil laut Mesozoic telah menyarankan bahwa binatang berdarah panas kemungkinan memiliki sistem konservasi panas seperti lapisan lemak.

Lemak tubuh seperti itu pada plesiosaurus modern dapat dilihat sebagai punuk, salah satu ciri klasik yang dilaporkan untuk binatang akuatik berleher panjang.

Lebih lanjut, temuan tentatif dari Svalbard menunjukkan adanya minyak (kemungkinan mengindikasikan lemak berminyak) dan tulang seperti tempurung untuk beberapa plesiosaurus.

Jika kesimpulan yang disebutkan di atas adalah benar, plesiosaurus mungkin telah memiliki fisiologi berdarah panas namun tetap mempertahankan metabolisme reptil dan dengan demikian, tidak begitu penting untuk muncul ke permukaan untuk bernafas seperti yang dibutuhkan oleh mamalia dan burung.

Catatan fosil menunjukkan bahwa binatang-binatang ini kemungkinan adalah Benthos (hidup di dekat dasar laut) dengan telinga dan mata yang dikhususkan untuk kepekaan di bawah air dan perut yang mengandung gastrolit untuk memperoleh daya apung negatif.

Bersama dengan lubang hidung yang berorientasi pada punggung dari reptil laut ini yang memungkinkan mereka untuk bernafas dengan agak diam-diam. Ciri-ciri ini menunjukkan bahwa sejumlah kecil waktu yang dihabiskan di permukaan mungkin diinginkan untuk plesiosaurus.

Hal ini dapat menjelaskan kurangnya penampakan plesiosaurus di zaman modern yang bernapas di permukaan, jika hipotesis yang diteliti memiliki dasar dalam kebenaran zoologi.

Mengenai keberadaan gastrolit yang ditemukan di dalam perut sauropterygian, juga perlu dicatat kemungkinan bahwa binatang-binatang ini akan tenggelam setelah mati karena pemberat ini.

Ada masalah kritis yang dihadapi oleh semua hipotesis dalam paradigma kelangsungan hidup makhluk prasejarah, seperti celah besar tidak biasa dalam rekaman catatan fosil. Namun, ada beberapa sisa-sisa fosil plesiosaurus yang berada di luar strata yang dikonfirmasi. Pertanyaan ini masih bersifat sementara untuk saat ini, tetapi menimbulkan beberapa implikasi yang menggiurkan.

Masalah lain dengan hipotesis plesiosaurus relik adalah bahwa sambungan dari zygapophyses di vertebra serviks kebanyakan plesiosaurus akan mencegah banyak kelenturan vertikal.


Menariknya, spesimen muda Leptocleidus dari endapan Cretaceous Australia diawetkan dengan zygapophyses vertikal yang cenderung miring, yang memungkinkannya untuk menunjukkan kelenturan leher vertikal yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh spesimen plesiosaurus lain yang tercatat.


Seperti yang ditunjukan oleh ahli biologi Cameron McCormick, ini mungkin merupakan kondisi remaja karena tingkat tulang rawan yang masih ada. Namun, kehadiran tulang rawan atau jaringan lunak lain di antara vertebra serviks dari plesiosaurus juga bisa memungkinkan kemampuan kelenturan yang lebih besar daripada yag ditunjukan oleh anatomi kerangka saja.


Konsensus paleozoologi saat ini menunjukkan bahwa setiap perilaku berleher tegak pada plesiosaurus akan terjadi dengan cara "lurus ke atas" (seperti yang diilustrasikan John Conway) daripada pose "leher angsa klasik" ketika berada di permukaan.


Meski demikian, ada kemungkinan bahwa postur permukaan tertentu dapat menciptakan penampilan seperti posisi fleksibel, dan tingkat kelengkungan leher yang berkaitan dengan spesies pleosaurid tertentu, terus menjadi masalah perdebatan.


Apa pun itu, pengamatan dari Kapten McCamis dan Rainnie menjadi sebagai salah satu kasus yang paling meyakinkan mengenai "sea serpent", sebuah laporan yang statusnya tidak mudah diturunkan ke sebuah tipuan atau kasus kesalahan identifkasi.

No comments:

Powered by Blogger.