Ads Top

Titanoboa, Monster Ular Terbesar dan Paling Mengerikan di Bumi


Bayangkan seekor ular besar yang bahkan dapat melahap buaya purba. Ular ini sangat menakutkan, terutama bagi Anda yang menderita ketakutan pada ular atau ophidiophobia. Ular ini bisa ditemukan di belantara ketika sedang berkemah, menyusuri sungai, atau pun mendaki gunung. Namun, tenang saja, ular ini hidup 60 juta tahun yang lalu.

Membayangkan besarnya ukuran ular ini tetap saja mengerikan. Ular ini bernama Titanoboa, jika dibandingkan dengan ular terbesar saat ini, anaconda, masih jauh lebih besar Titanoboa. Melansir dari Ancient Origins, bagian tubuh Titanoboa yang paling tebal, diperkirakan memiliki diameter 3 kaki atau 0,9 meter.

Menurut perkiraan yang dibuat oleh ahli paleontologi, Titanoboa bisa tumbuh hingga sepanjang 12 sampai 15 meter, dan berat badan sampai 1.144 kilogram. Sedangkan tubuh Anaconda hanya memiliki panjang 6 meter dan berat badan 227 kilogram.

Titanoboa berarti 'titanic boa' dan merupakan nama yang tepat untuk ular prasejarah ini. Titanoboa jelas merupakan raksasa dibandingkan dengan  Anaconda, ular terbesar yang kita miliki saat ini.

Penemuan fosil Titanoboa dilakukan di Cerrejón, sebuah tambang batu bara di bagian utara Kolombia selama dekade pertama abad ke-21. Berawal pada 1994, ketika ahli geologi Kolombia, Henry Garcia menemukan fosil asing yang diberi label sebagai 'Cabang Membatu'. Kemudian dia menempatkan fosil tersebut di etalase perusahaan batu bara.

Pada 2003, sebuah ekspedisi pencarian fosil-fosil tumbuhan diadakan di Cerrejón. Salah satu peneliti yang bergabung dalam ekspedisi tersebut bernama Scott Wing. Dia adalah seorang kurator fosil tumbuhan di Smithsonian’s National Museum of Natural History.


Wing menyadari bahwa fosil temuan Garcia bukanlah berasal dari tumbuhan. Dia lalu mengirim fotonya ke ahli lainnya yang bernama Jonathan Bloch, seorang ahli paleontologi di University of Florida. Bloch mengidentifikasi bahwa fosil tersebut merupakan bagian  dari tulang rahang milik hewan darat.

Hal ini adalah berita yang menggembirakan karena fosil vertebrata darat dari zaman Paleosen, belum pernah ditemukan di bagian Amerika Selatan. Para ahli meyakini bahwa situs tersebut menyimpan lebih banyak fosil hewan semacam ini. Dan beruntungnya, hal ini terbukti benar.

Pada 2007, para ahli mengidentifikasi tulang belakang milik Titanoboa. Setelah penemuan ini, mereka melakukan sebuah ekspedisi baru, dengan harapan, menemukan lebih banyak tulang belakang hewan raksasa ini.

Mereka berhasil mengumpulkan banyak fosil yang jumlahnya 100 tulang, dari sebanyak 28 hewan. Dengan tulang belakang yang terkumpul, ahli paleontologi dapat membuat perkiraan ukuran ular prasejarah. Salah satu ciri khas tengkorak Titanoboa adalah, ia memiliki gigi yang rapat. Bahkan lebih rapat daripada gigi boas modern.

Hal ini menyebabkan para ahli berspekulasi bahwa Titanoboa adalah pemakan ikan khusus. Namun, mengingat betapa besar ukurannya, Titanoboa dapat dengan mudah memangsa kura-kura dan buaya purba yang tinggal di satu habitat yang sama dengan dirinya.

Jonathan Bloch bersama dengan Carlos Jaramillo dari Smithsonian Tropical Research Institute, bergabung dengan salah satu pakar ular purba terkemuka di dunia, Jason Head dari University of Nebraska. Mereka melakukan penelitian lebih lanjut.


Melansir dari Smithsonian, tengkorak ular hampir tidak pernah ditemukan karena sangat rapuh dan biasanya sudah hancur. Hampir tidak mungkin untuk membuat gambaran lengkap dan akurat, tentang sosok ular raksasa yang sudah punah ini.

Para ahli akhirnya berhasil mengungkap tidak hanya satu, tetapi juga fragmen dari tiga tengkorak. Hal ini memungkinkan mereka untuk pertama kali mengetahui seperti apa rupa raksasa kuno ini. 

Replika Titanoboa dengan ukuran aslinya telah dipamerkan di National Museum of Natural History pada 2012, juga di Grand Central Terminal New York, untuk promosi film dokumenter berjudul Titanoboa: Monster Snake. Beberapa orang juga percaya bahwa Titanoboa masih hidup jauh di dalam Amazon.

No comments:

Powered by Blogger.