Peneliti berhasil menemukan fosil reptil berusia 231 juta tahun yang merupakan cikal bakal reptil paling modern, diduga sebagai nenek moyang kadal dan ular.
Dalam temuan yang dipublikasikan di jurnal Nature itu, peneliti memberi nama fosil reptil tersebut Taytalura alcoberi.
Menurut peneliti, fosil yang digali di Argentina itu mewakili spesies purba yang merupakan nenek moyang Lepidosauria, dan merupakan kelompok vertebrata darat terbesar dengan sekitar 11.000 spesies di dalamnya.
Lepidosauria adalah kelompok reptil yang mencakup semua kadal dan ular.
"Saya mengetahui usia dan lokasi fosil dan dengan memeriksa beberapa fitur luarnya, saya juga mengetahui bahwa fosil itu berkerabat dengan kadal tetapi ia terlihat lebih primitif daripada kadal sejati. Dan itu adalah sesuatu yang sangat istimewa," ungkap Dr Tiago R Simoes, rekan penulis studi dari Universitas Harvard.
Mengutip Independent, Senin (30/8/2021) studi terhadap fosil nenek moyang reptil modern ini, peneliti memproses data dari pemindaian CT X-ray spesimen fosil reptil dan menciptakan mosaik warna untuk setiap tulang tengkorak.
Hal tersebut memungkinkan mereka untuk memahami anatomi fosil reptil mirip kadal ini dalam resolusi detail tinggi pada skala hanya beberapa mikrometer.
Dan dalam analisis fosil reptil tersebut secara lebih lanjut, mereka menemukan kalau T.alcoberi adalah anggota paling primitif dari garis keturunan nenek moyang semua reptil jenis kadal dan ular.
“Fosil 3D yang diawetkan dengan indah ini benar-benar merupakan temuan penting. Ini adalah fosil paling lengkap yang mewakili tahap awal evolusi lepidosaurus yang kita miliki sejauh ini,” Gabriela Sobral, rekan penulis studi lainnya dari State Museum of Natural History di Stuttgart, Jerman.
Tengkorak nenek moyang kadal, T.alcoberi yang terawetkan dengan sempurna itu juga dapat mengungkapkan bagaimana kelompok hewan tersebut di masa lalu.
Itu mengapa Formasi Ischigualasto, tempat situs ditemukan fosil reptil ini menjadi tempat yang penting.
“Kualitas pelestarian fosil yang luar biasa di situs ini memungkinkan sesuatu yang rapuh dan kecil seperti spesimen ini terawetkan selama 231 juta tahun,” tambh Dr Ricardo N. Martínez, rekan penulis studi dari The National University of San Juan.
No comments: