Reptil Purba Mirip Persilangan Lumba-Lumba dan Hiu Hidup di Bumi 150 Juta Tahun Lalu
Peneliti berhasil mengidentifikasi reptil purba yang ditemukan pada 2009 lalu sebagai spesies baru yang pernah hidup di Bumi.
Menariknya, reptil purba yang diperkirakan hidup 150 juta tahun lalu ini punya penampakan fisik yang tak biasa, yakni seperti persilangan antara lumba-lumba dan hiu.
Menurut peneliti ekor hewan tersebut punya kemiripan dengan hiu, sedangkan siripnya terlihat seperti sirip lumba-lumba.
Seperti dikutip dari Newscientist, Senin (14/12/2020) reptil purba tersebut diberi nama Thalassodraco etchesi.
Nama itu diambil dari kata Thalasso yang berarti dalam bahasa Yunani, draco yang berarti naga dalam bahasa Latin dan etsa untuk menghormati kolektor amatir yang menemukan fosil pada 2009, yaitu Steve Etches.
Lebih lanjut, Thalassodraco etchesi memiliki mata yang sangat besar dan tulang rusuk yang besar pula.
Hal tersebut menunjukkan, kalau mahluk tersebut memiliki kapasitas paru-paru yang besar dan kemampuan untuk melihat di kedalaman laut yang gelap.
Sehingga tak heran, hewan itu mampu menyelam jauh ke dalam laut untuk menangkap cumi-cumi dan mangsa lainnya. Meski begitu, Thalassodraco etchesi hanya berukuran sekitar 2,5 meter.
Awalnya, peneliti memasukkan Thalassodraco etchesi ke dalam kelompok ichthyosaurus, reptil laut yang telah punah.
Namun berhubung ukurannya jauh lebih kecil dari spesies lain serta memiliki ciri khas lainnya, peneliti pun mengklasifikasikan mahluk itu dalam genusnya sendiri.
Ciri khas lain yang ditemui peneliti antara lain adalah gigi kecil dan halus yang berfungsi untuk menjebak mangsa seperti cumi-cumi. Sementara ichthyosaurus cenderung memiliki gigi besar dan kuat.
Fosil reptil purba itu sendiri ditemukan di dekat Teluk Kimmeridge Inggris dan terawetkan dengan baik. "Orang telah menggali ichthyosaurus di daerah tersebut selama 200 tahun, tetapi menemukan spesies baru, apalagi genus baru sangat jarang," kata Megan Jacobs dari Baylor University di Waco, Texas.
Temuan ini telah dipublikasikan di jurnal Plos One.
No comments: